Where is my nest?

Januari 19, 2009

Pekerjaan, kehidupan pribadi, keluarga, obsesi, dan keteraturan selalu tidak pernah akur. Tidak pernah bisa berdiri bersama. Harus ada yang di atas dan yang di bawah. Harus ada sebuah prioritas. Namun, seseorang harus pula merasakan semuanya agar kualitas hidupnya lebih baik dan berkesan.
Itulah persepsi yang tertangkap saat melihat karya-karya Arie Dyanto. Seniman grafiti dan seni grafis stensil asal Yogyakarta ini sedang ‘berbagi’ dalam pameran lukisannya di Galeri Semarang bulan Januari ini. Memang itulah fungsi sebuah karya, sebuah pameran, yaitu dibuat untuk memberi berbagai persepsi kepada penontonnya.
Mungkin tidak semua orang bisa merasakan hal sama yang dimaksudkan Arie dalam karyanya. Dia menamai pamerannya kali ini dengan judul Nesting Journey. Sebuah ekspresi kelelahan seseorang yang telah lama memuaskan diri dengan pekerjaan yang sangat dicintainya.
Arie memaknai dirinya seperti seekor burung yang telah ‘lama’ terbang. Mungkin untuk mencari makan, pasangan, atau bermigrasi. Yang jelas, burung itu terbang ke suatu tempat agar ia bisa tetap hidup. Sebuah kebutuhan hidup yang tidak sadar dilakukan oleh semua orang.
Seniman muda ini bercerita banyak melalui lukisan stensilnya yang ekspresif dan berestetika. Meski banyak warna suram sebagai latar belakang dan coreng moreng warna tak karuan, toh lukisan itu memang jujur. Begitulah sisi kehidupan manusia. Ada sisi kelam dan juga permasalahan yang silih berganti datang.
Dalam karya-karyanya, Arie bercerita bahwa dia ingin sebuah rumah. Dia ingin menyatu dengan keluarga, istrinya, dan tentu saja lingkungan sosialnya. Arie menyadari apa yang dirasakannya itu adalah sebuah naluri manusia biasa.
Kenyataan ini-terus terang-sangat mengusik. Bagaimana tidak? Saya saat ini menggeluti pekerjaan yang membutuhkan totalitas sempurna. Setiap hari, saya tidak pernah mendapat kesempatan untuk berpikir lebih di luar apa yang sedang saya kerjakan. Tidak hanya profesi wartawan saja, mungkin juga jenis pekerjaan lainnya.
Saya merasa, mungkin suatu saat nanti, saya merasakan kebutuhan akan sebuah sarang. Saya merasa harus memulai perjalanan mencari keteraturan dalam hidup saya. Saya harus mulai terbang mencari sarang-begins my nesting journey-atau saya tetap terbang mencari apa yang selama ini belum pernah aku dapat atau rasakan. Tentu saja terbang sendirian. Ini semua tentang pilihan. Thanks Arie for the inspiration.